Minggu, 21 April 2013

1 Minggu di Lempuyangan

Sepekan ini saya sedang rajin ke stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Untuk pertama kalinya saya ke sana dikarenakan tugas kelompok mata kuliah pemodelan sistem yang saya ambil di semester ini. Saya berkunjung pada hari Selasa sore, Rabu pagi, Jum'at sore, dan Sabtu siang ini. Banyak hal berkesan yang saya dapatkan selama observasi data di sana sekaligus melihat tingkah polahnya pengunjung di sana. Perlu diketahui, saya menghitung jumlah pengunjung yang datang, mengisi form, ke loket 1, loket 2, loket penjualan langsung/online, loket kereta lokal, menuju peron, dan keluar. Berikut adalah tipe pengunjung yang tak sengaja menjadi objek pengamatan saya:

1. Pengunjung Labil
Pengunjung seperti ini adalah tipe yang sangat tidak saya sukai. Tipe seperti ini biasanya dari mulai masuk sudah tidak terlihat arah tujuan hidupnya. Dia masuk, berhenti sebentar/lama, berjalan kesana-kemari dari loket 1, loket 2, pengisian form, dan akhirnya membeli tiket di salah satu loket setelah beberapa waktu. Sepertinya dia masih awam belum tau harus berbuat apa untuk membeli tiket. Setelah membeli tiketpun bukannya langsung pulang atau menuju peron dia malah tetap berada di area tersebut melamun berdiri, dan mondar-mandir. Mau keluar saja terkadang berhenti sejenak di ujung pintu.
Pengunjung labil lainnya adalah tipe yang keluar masuk area. Beli tiket saja tidak, mengantar penumpang juga tidak, atau setelah membeli tiket dan keluar tiba-tiba dia terlihat masuk kembali. Intinya, pengunjung labil ini tidak jelas arah hidupnya mau ke mana dan menuh-menuhin area di sekitar loket sehingga membingungkan saya untuk menentukan si orang ini sebenarnya menuju ke mana saja. Apakah sekadar melihat-lihat atau memang melakukan aktivitas di sana. Itu penting untuk data yang saya ambil. Untuk kasus yang keluar masuk area membingungkan saya apakah dia memang baru masuk atau tipe pengunjung yang keluar masuk area karena begitu banyaknya pengunjung yang datang saya tidak hapal satu per satu.

2. Pengunjung Teladan
Pengunjung seperti ini kebalikan dari pengunjung labil, dari saat dia masuk saja sudah terlihat langkahnya cepat dan langsung menuju tempat yang dia tuju. Apakah mengisi form, ke loket, atau langsung ke peron. Waktu prosesnya tidak lama sehingga saya bisa fokus dan mudah mendatanya. Berbeda dengan yang mondar-mandir dan hanya berdiri saja tidak jelas apa yang sedang dilakukan.

3. Pengunjung Terburu-Buru
Tipe pengunjung seperti ini sebenarnya termasuk yang mudah didata karena selain mencuri perhatian saya biasanya pengunjung seperti ini juga jelas tujuannya. Pengunjung terburu-buru adalah yang biasanya dia masuk ke area sambil berlari-lari (beneran terjadi) takut terlambat menaiki kereta. Biasanya H-5 sampai H-1 menit menjelang kereta berangkat pengunjung seperti ini bisa terlihat. Biasanya dia adalah calon penumpang kereta lokal (jarak dekat).

4. Pengunjung Awam
Pengunjung seperti ini cukup menyulitkan saya dalam mendata. Pengunjung awam ini biasanya lambat dalam bergerak karena takut salah bertindak. Akibatnya dia mondar-mandir melihat jadwal kereta, bertanya panjang lebar ke satpam, saat mengisi form meminjam alat tulis yang sedang saya gunakan, pada saat transaksi tidak menyiapkan kartu identitas dan banyak tanya ke penjaga loketnya sehingga menyebabkan waktu proses menjadi lama dan antrian semakin panjang. Fokus saya terbagi antara melihat pengunjung yang datang, yang keluar, dan pengunjung awam tersebut apakah sudah selesai transaksi atau belum, kalau sudah akan ke mana dia selanjutnya, kalau belum kok lama sekali. Terkadang ketika sedang mendata pengunjung datang/keluar, si pengunjung awam ini hilang begitu saja apakah sudah masuk peron atau sudah keluar area.

5. Pengunjung Mendem
Pengunjung mendem adalah pengunjung yang sebenarnya sudah mempunyai tiket namun tidak kunjung masuk ke peron alias mendem atau duduk-duduk dan berdiri nangkring di sekitar area loket. Tipe pengunjung seperti ini cukup membuat pusing saya karena selama masih berada di area sekitar loket maka pergerakannya harus saya amati. Ketika jumlah pengunjung mendem ini sudah semakin banyak maka area penglihatan saya semakin tertutupi, selain menghalangi penglihatan saya pengunjung seperti ini juga rawan hilang jejaknya. 5 menit yang lalu masih duduk/berdiri, ketika dicek ternyata sudah tak ada di tempat. Maka saya kehilangan jejak data pengunjung tersebut.

6. Pengunjung Spesial
Pengunjung spesial ini maksudnya pengunjung yang spesial buat saya. Selama observasi data dalam waktu yang cukup lama dan memusingkan mata saya, ada beberapa pengunjung yang sedikit mencairkan suasana. Sebut saja mereka "oase di tengah gurun pasir". Mereka adalah sosok-sosok kaum Hawa terpilih. Dan saya bersyukur kebanyakan dari mereka tidak membawa pasangan sehingga tidak perlu menambah kegersangan di medan peperangan. Pengunjung-pengunjung seperti ini bukan karena kemauan saya sendiri yang ingin melihat mereka, tapi tidak sengaja terlihat ketika mengamati seluruh pergerakan pengunjung di area tersebut. Tipe pengunjung seperti ini juga menambah optimisme saya bahwa ternyata "masih banyak ikan di laut". (intermezzo)

Di dalam peron, banyak objek dan pemandangan yang bisa kita lihat. Mulai dari petugas-petugas yang sedang bekerja mengatur lalu lintas kereta api, penjual-penjual makanan, fasilitas charge barang elektronik, musholla, kursi pijat, dll. Hal yang menarik perhatian saya di sana adalah tempat makan dan penjual makanan kelilingnya. Ada yang menjual nasi rames dengan tempat yang sederhana namun sangat nyaman, penjual snack-snack, dan penjual makanan keliling. Semua makanan yang dijajakan di sana terlihat sangat menarik untuk dicoba. Lain waktu dan kesempatan saya akan ke sana lagi untuk mencoba makanan di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Playlist